Iklan Atas

Blogger Jateng

Keluarga Buku | Cerpen Sulistiyo Suparno


Hermin tak pernah merayakan pesta ulang tahun dengan mengundang teman-teman. Setiap ulang tahun Hermin, Mama mengajaknya ke toko buku. Hermin bebas memilih buku yang ia suka. Mereka pulang membawa banyak sekali buku. Begitu terjadi setiap tahun, sampai Hermin kelas VI SD saat ini. Para tetangga menyebut mereka keluarga buku.

Kamar Hermin penuh dengan buku. Begitu pula di kamar Mama dan Papa, penuh buku. Di ruang tengah, ruang tamu, bahkan di dapur pun ada rak buku. Rumah mereka adalah rumah buku. Hermin, Mama, Papa, memang gemar membaca buku.

Tiap bulan Papa menyisihkan sebagian gajinya untuk membeli buku. Papa juga sering mendapat oleh-oleh berupa buku dari atasan dan rekan kerja di kantor.

Mama membuka usaha katering. Mama juga selalu menyisihkan sebagian keuntungan usahanya untuk membeli buku. Bila sedang mengantar pesanan makanan, saat pulang, Mama selalu membawa oleh-oleh berupa buku. Boleh dikata, hampir tiap minggu bertambah koleksi buku di rumah mereka.

*****

Hari ini Hermin ulang tahun. Di sekolah, Hermin tak sabar untuk segera pulang. Ia sudah merencanakan buku apa saja yang akan ia beli. Saat bel tanda pulang berdering, Hermin berjalan gegas menuju rumah. Jarak rumah Hermin dengan sekolah tak begitu jauh.

Sesampai di rumah, Hermin melihat lima kardus bekas mi instan di teras. Mama keluar dari rumah, lalu memeluk dan mencium pipi Hermin.

“Selamat ulang tahun, Sayang,” kata Mama.

“Terima kasih, Mama,” sahut Hermin tersenyum, lalu bertanya tentang lima kardus itu.

“Buku-buku siapa di kardus itu, Mama?” tanya Hermin.

“Buku-buku kita, Sayang.”

“Mama membeli buku sebanyak ini?”

“Bukan, Sayang,” kata Mama.

“Buku-buku dalam kardus ini akan Mama masukkan ke mobil. Kita akan merayakan

ulang tahunmu dengan cara berbeda.”

“Berbeda bagaimana, Mama?” tanya Hermin.

“Nanti kamu akan tahu,” jawab Mama.

“Sekarang kamu ganti pakaian, makan, lalu kita berangkat.”

Hermin menurut. Usai ganti pakaian dan makan siang, Hermin membantu Mama mengangkat kardus-kardus itu ke bagasi mobil. Mobil meninggalkan rumah, menuju entah ke mana, Hermin tidak tahu.

Mama menghentikan mobil di halaman sebuah panti asuhan. Mama menyerahkan satu kardus kepada pengurus panti tersebut. Setelah itu mereka pergi, melanjutkan perjalanan.

“Kita ke mana lagi, Mama?” tanya Hermin di perjalanan.

Mama hanya tersenyum. Tak lama kemudian, mereka berhenti di sebuah Taman Bacaan. Mama memberikan satu kardus kepada pengurus taman bacaan itu.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tersisa tiga kardus di bagasi. Ternyata, Mama menuju ke sebuah panti asuhan lagi, sebuah taman bacaan lagi, dan terakhir ke sebuah masjid. Di masjid itu ada perpustakaan. Mama menyerahkan kardus terakhir pada pengurus perpustakaan masjid.

“Sudah selesai. Kita sudah menyumbang buku di lima tempat. Sekarang saat bagi kita untuk berpesta,” kata Mama.

“Pesta di mana, Mama?” tanya Hermin.

“Di mana lagi kita berpesta saat ulang tahunmu, sayang?” Mama balik bertanya.

“Aha! Hermin tahu. Pasti ke…”

“Toko buku!” sahut Mama.

Mereka menuju toko buku. Di sana Hermin memilih buku yang ia suka. Mama juga memilih buku yang ia suka. Mereka membeli banyak sekali buku. Karena begitu banyak buku yang mereka beli, pegawai toko memasukkan buku-buku itu ke kardus. Dua pegawai mengangkat kardus itu sampai ke tempat parkir, lalu memasukkannya ke bagasi mobil Mama.

Riang hati Hermin dan Mama. Rasanya tak sabar mereka untuk sampai rumah. Sesampai di rumah, mereka segera membuka kardus, mengeluarkan buku-buku dan meletakkannya di lantai ruang tengah.

“Aku mau baca yang ini dulu,” kata Hermin, tetapi kemudian ia meralatnya.

“Ah, baca yang ini dulu. Ini buku cerita petualangan. Aku suka sekali petualangan.”

Hermin membuka buku itu, tetapi ia masih melirik buku lainnya.

“Ah, yang itu sepertinya menarik. Baca yang itu dulu, ah. Tidak, tidak. Yang di sana juga bagus. Baca itu dulu, ah. Aduh, baca yang mana dulu, Mama? Semua buku ini bagus-bagus,” kata Hermin.

Mama tertawa melihat Hermin bahagia sekaligus bingung.

“Mama juga bingung mau baca yang mana dulu. Bagaimana kalau kita peluk dulu semua buku ini?” kata Mama.

“Setuju,” sahut Hermin.

Mereka pun merebahkan tubuh, lalu memeluk semua buku itu. Meski telah menyumbangkan banyak buku, kini mereka juga memiliki buku-buku baru. Rumah mereka selalu penuh buku, karena mereka adalah keluarga buku.

Posting Komentar untuk "Keluarga Buku | Cerpen Sulistiyo Suparno"